Masyarakat dari daerah Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis Makassar sangat menjaga budaya aslinya. terutama dalam acara pernikahan. Banyak ritual sakral yang dilakukan selama pernikahan adat Bugis. Selain makna yang dalam, rangkaian ritual ini juga dimaksudkan untuk menjamin kelancaran pernikahan dan mendapat ridho Tuhan. Ini adalah urutan prosesi Bugis.
1. Mamanu’-manu’
Prosesi ini dilakukan sebelum upacara pernikahan. Pengantin pria akan pergi ke orang tua pengantin wanita dan meminta izin untuk menikahi idolanya. Momen ini juga digunakan untuk membicarakan nilai panai dan mahar, jika pihak keluarga mempelai wanita benar-benar menerima lamaran sang pria.
2. Mappetuada
Setelah tahap pengisian selesai, prosesi pernikahan adat Bugis dilanjutkan dengan tahap mappetuada. Acara mappetuada ini dimaksudkan untuk mengumumkan apa yang telah disepakati sebelumnya mengenai tanggal pernikahan, mahar dan lain-lain. Biasanya dalam mappetuada, lamaran pernikahan diresmikan dengan memberikan hadiah berupa perhiasan kepada pihak wanita.
3. Mappasau Botting dan Cemme Passih
Setelah membagikan undangan pernikahan, botting mappasau, yang berarti merawat kedua mempelai, adalah salah satu ritual pertama dalam upacara pernikahan. Acara ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut sebelum hari besar.
Selama tiga hari tersebut kedua mempelai menjalani terapi tradisional seperti sauna dan menggunakan bedak hitam yang terbuat dari campuran beras ketan, asam jawa dan jeruk limau. Cemme passih sendiri adalah pemandian anti gesekan yang diciptakan untuk memohon perlindungan Tuhan dari bahaya.
4. Mappanre Temme
Karena mayoritas orang Bugis beragama Islam, maka pada sore hari menjelang pernikahan diadakan acara mappanre temme atau khatam al-Qur’an dan pembacaan barzanji di bawah arahan seorang imam.
5.Mappacci / Tudammpenni
Mappasili sendiri merupakan prosesi siraman. Prosesi siraman ini bertujuan untuk menolak bala dan menyucikan jasmani dan rohani kedua mempelai. Biasanya air mancur atau mappasili berasal dari tujuh mata air dan juga berisi tujuh jenis bunga. Apalagi ada mappasili koin lokal.
Setelah menyelesaikan mappasili, para tamu yang hadir akan saling berebut koin yang ada di dalam air mappasili. Koin yang dimenangkan akan diberikan kepada anak-anak mereka yang belum menikah.
Orang Bugis Makassar memiliki keyakinan bahwa anak-anaknya akan dengan mudah mendapatkan jodoh setelah memiliki koin tersebut. Selain itu, orang tua dan sepupu pengantin biasanya akan mandi setelah pengantin selesai. Semua ini dilakukan agar orang tua dan sepupu kedua mempelai juga menjadi pasangan yang mudah.
6. Mappenre Botting
Mappenre botting artinya mengantar pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Pengantin pria dikawal oleh prosesi tanpa kehadiran orang tuanya. Prosesi biasanya meliputi indo botting (tuan rumah pengantin wanita) dan Passpi (pengiring pengantin wanita).
7. Madduppa Botting
Setelah mappenre botting, upacara madduppa botting dilakukan atau pengantin pria disambut. Resepsi ini biasanya dilakukan oleh dua orang penyambut (perempuan dan remaja laki-laki), dua pakkusu-kusu (perempuan yang sudah menikah), dua palipa sabbe (kerabat laki-laki dan perempuan setengah baya dengan status yang sama), sebagai wakil dari pengantin dan orang tua pengantin pria). ) dan seorang wanita yang menyebarkan wenno.
8. Mappasikaraw / Mappasiluka
Setelah akad nikah, pengantin pria dibawa ke kamar pengantin wanita untuk pertemuan pertama. Bagi orang Bugis, sentuhan pertama mempelai pria memegang peranan penting dalam kesuksesan kehidupan berumah tangga kedua mempelai.
9. Marola / Mapparola
Pada titik ini, pengantin wanita kembali ke rumah pengantin pria. Bersamaan dengan arak-arakan, mempelai wanita membawa sarung tenun sebagai hadiah pernikahan untuk keluarga suaminya.
10. Mallukka Botting
Selama prosesi ini, pengantin melepas pakaian pernikahan mereka. Setelah itu, pengantin pria biasanya memakai celana panjang hitam, kemeja putih panjang dan peci, sedangkan pengantin wanita memakai rok atau celana panjang, kebaya dan kerudung. Selanjutnya mempelai pria dililitkan pada tubuhnya dengan tujuh helai kain sutera, yang kemudian dilepas satu per satu.
11. Ziarah
Setelah hari pernikahan, kedua mempelai bersama keluarga mempelai wanita melakukan ziarah ke makam leluhur. Ziarah ini merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur atas pernikahan yang telah berjalan dengan baik.
12. Massita Beseng
Untuk mengakhiri rangkaian upacara pernikahan, kedua keluarga calon pengantin bertemu di rumah mempelai wanita. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antara kedua keluarga.
Demikianlah adat pernikahan Bugis yang bisa Anda ketahui. Banyak orang terkadang lebih memilih pernikahan modern daripada pernikahan tradisional karena dianggap lebih sederhana. Namun tak ada salahnya mengikuti prosesi adat tersebut. Selain melestarikan budaya pernikahan, juga akan membawa lebih banyak warna.
Baca juga: Baju Adat Perempuan Sumatera